Masih Belum Saatnya
Sempat menghindar dari segala riuh yang di damba. Sendu saat itu tega mengusir cahaya datang. ia tidak tahu. saat itu bukan kesendirianlah yang salah. ia membuat alasan. apapun halnya seolah menjadi gelap dan tuli.
Pada satu waktu. ada semesta ingin bersuara tanpa berbicara. mencoba jujur tanpa bersuara. mempesona tanpa bersandiwara. dia mendekat dengan pikatnya yang paling pekat.
Sendu seperti buta aksara. entah mengapa. ketika melihat matamu. Ah pendar cahayanya inginku dekap segera. apalagi tuk megingatnya. rasa sudah tergesa memaknai gejolak rasa.
Terlalu pagi tuk berpaling. aku dan kau dengan sederhana memaksa tanpa menanti rencana dan kita memukul waktu tanpa tanya. bertarung lalu terhempas dilautan. perlahan menepi kembali dengan sakitnya jatuh cinta.
Sakitnya lebih sebanding dengan sesuatu yang tidak disangka terjadi. bukan rindu akan esok lagi. bukan menunggu kau lelap hingga terpejam dan jatuh ke dalam lembar cerita yang kau suka.
Tapi bisikan akan ketakutan. selalu menawar di setiap kau disana. aku dengan ego sebal. tapi kamu tercekat cepat memberi hati.
Aku katakan maaf, sementara kini hati memilih pergi. sendu mengalir di tengah dambaan yang telah kau ceritakan tentang aku. belum saatnya aku menerima ketulusan seperti yang kau beri.
Hingga akhirnya kita saling menitikkan sendu, mengumbar ribuan dosa. dengan cara yang paling sengaja. sebab menoreh luka bukan satu hal yang semestinya. memang ini cara mengikhlaskan. hingga kelak ku temukan bahagia.
pengalaman pribadi ya?
BalasHapusIyaa Kenapa? Ada yang salah?
Hapusohh tidak, tapi.. jangan pernah membuang berlian demi beling yang pandai bersolek:)
BalasHapus